STATISTIK UNTUK PENGUJIAN VALIDITAS DAN RELIABILITAS INTRUMEN PENELITIAN
A.PENGERTIAN VALIDITAS
1. Menurut Gronlund dan Linn (1990)
Validitas adalah ketepatan interpretasi yang dibuat dari hasil pengukuran atau evaluasi
2. Menurut Anastasi (1990)
Validitas adalah ketepatan mengukur konstruk, menyangkut; “What the test measure and how well it does”
3. Menurut Arikunto (1995)
Validitas adalah keadaan yang menggambarkan tingkat instrumen bersangkutan yang mampu mengukur apa yang akan diukur.
4. Menurut Sukadji (2000)
Validitas adalah derajat yang menyatakan suatu tes mengukur apa yang seharusnya diukur.
5. Menurut Azwar (2000)
Validitas adalah sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsinya.
Pengertian Uji Validitas:
Menurut Sugiyono (2006)
Uji validitas adalah suatu langkah pengujian yang dilakukan terhadap isi (content) dari suatu instrumen, dengan tujuan untuk mengukur ketepatan instrumen yang digunakan dalam suatu penelitian
Tujuan uji validitas:
Mengetahui sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu instrumen pengukuran dalam melakukan fungsi ukurnya.
Agar data yang diperoleh bisa relevan/sesuai dengan tujuan diadakannya pengukuran tersebut.
Macam-macam validitas:
Menurut Djaali dan Pudji (2008) validitas dibagi menjadi 3 yaitu:
- Validitas isi (content validity)
- Validitas Konstruk (Construct validity)
- Validitas empiris
Validitas isi (content validity)
Validitas isi suatu tes mempermasalahkan
seberapa jauh suatu tes mengukur tingkat penguasaan terhadap isi suatu
materi tertentu yang seharusnya dikuasai sesuai dengan tujuan
pengajaran.
Dengan kata lain, tes yang mempunyai
validitas isi yang baik ialah tes yang benar-benar mengukur penguasaan
materi yang seharusnya dikuasai sesuai dengan konten pengajaran yang
tercantum dalam Garis-Garis Besar Program Pengajaran (GBPP).
Menurut Gregory (2000) validitas isi
menunjukkan sejauhmana pertanyaan, tugas atau butir dalam suatu tes atau
instrumen mampu mewakili secara keseluruhan dan proporsional perilaku
sampel yang dikenai tes tersebut. Artinya tes mencerminkan keseluruhan
konten atau materi yang diujikan atau yang seharusnya dikuasai secara
proporsional.
Untuk mengetahui apakah tes itu valid
atau tidak harus dilakukan melalui penelaahan kisi-kisi tes untuk
memastikan bahwa soal-soal tes itu sudah mewakili atau mencerminkan
keseluruhan konten atau materi yang seharusnya dikuasai secara
proporsional. Oleh karena itu, validitas isi suatu tes tidak memiliki
besaran tertentu yang dihitung secara statistika, tetapi dipahami bahwa
tes itu sudah valid berdasarkan telaah kisi-kisi tes. Oleh karena itu,
wiersma dan Jurs dalam Djaali dan Pudji (2008) menyatakan bahwa
validitas isi sebenarnya mendasarkan pada analisis logika, jadi tidak
merupakan suatu koefisien validitas yang dihitung secara statistika.
Untuk memperbaiki validitas suatu tes,
maka isi suatu tes harus diusahakan agar mencakup semua pokok atau
sub-pokok bahasan yang hendak diukur. Kriteria untuk menentukan proporsi
masing-masing pokok atau sub pokok bahasan yang tercakup dalam suatu
tes ialah berdasarkan banyaknya isi (materi) masing-masing pokok atau
sub-pokok bahasan seperti tercantum dalam kurikulum atau Garis-Garis
Besar Program Pengajaran(GBPP).
Selain itu, penentuan proporsi tersebut dapat pula didasarkan pendapat (judgement)
para ahli dalam bidang yang bersangkutan. Jadi situasi tes akan
mempunyai validitas isi yang baik jika tes tersebut terdiri dari
item-item yang mewakili semua materi yang hendak diukur. Salah satu cara
yang biasa digunakan untuk memperbaiki validitas isi suatu tes ialah
dengan menggunakan blue-print untuk menentukan kisi-kisi tes.
Validitas Konstruk (Construct validity)
Menurut Djaali dan Pudji (2008) validitas
konstruk adalah validitas yang mempermasalahkan seberapa jauh item-item
tes mampu mengukur apa-apa yang benar-benar hendak diukur sesuai dengan
konsep khusus atau definisi konseptual yang telah ditetapkan.
Validitas konstruk biasa digunakan untuk
instrumen-instrumen yang dimaksudkan mengukur variabel-variabel konsep,
baik yang sifatnya performansi tipikal seperti instrumen untuk mengukur
sikap, minat, konsep diri, lokus control, gaya kepemimpinan, motivasi
berprestasi, dan lain-lain, maupun yang sifatnya performansi maksimum
seperti instrumen untuk mengukur bakat (tes bakat), intelegensi
(kecerdasan intelekual), kecerdasan emosional dan lain-lain.
Untuk menentukan validitas konstruk suatu
instrumen harus dilakukan proses penelaahan teoritis dari suatu konsep
dari variabel yang hendak diukur, mulai dari perumusan konstruk,
penentuan dimensi dan indikator, sampai kepada penjabaran dan penulisan
butir-butir item instrumen. Perumusan konstruk harus dilakukan
berdasarkan sintesis dari teori-teori mengenai konsep variabel yang
hendak diukur melalui proses analisis dan komparasi yang logik dan
cermat.
Menyimak proses telaah teoritis seperti
telah dikemukakan, maka proses validasi konstruk sebuah instrumen harus
dilakukan melalui penelaahan atau justifikasi pakar atau melalui
penilaian sekelompok panel yang terdiri dari orang-orang yang menguasai
substansi atau konten dari variabel yang hendak diukur.
Contoh Format Penelaahan Butir Soal Bentuk Uraian
Mata Pelajaran :……………………………………………………..
Kelas/Semester :……………………………………………………..
Penelaah :……………………………………………………..
Petunjuk pengisian format penelaahan butir soal bentuk uraian:
Analisislah setiap butir soal berdasarkan semua kriteria yang tertera di dalam format!
Berilah tanda cek ( ) pada kolom “ya” bila soal yang ditelaah sudah sesuai dengan kriteria
Berilah tanda cek ( ) pada kolom “tidak”
bila soal yang ditelaah tidak sesuai dengan kriteria, kemudian tuliskan
alasan pada ruang catatan atau pada teks soal dan perbaikannya.
No.
|
Aspek yang Ditelaah
|
Nomor Soal
|
||||||
1
|
2
|
3
|
…
|
|||||
Ya
|
Tidak
|
Ya
|
Tidak
|
Ya
|
Tidak
|
|
||
A12
3 4 B 5 6 7 8 C 9 10 11 12 13 |
MateriSoal sesuai dengan indikator
(menuntut tes tertulis untuk bentuk uraian)Batasan pertanyaan dan
jawaban yang diharapkan sudah sesuai
Materi yang ditanyakan sesuai dengan kompetensi (urgensi, relevasi, kontinyuitas, keterpakaian sehari-hari tinggi) Isi materi yang ditanyakan sesuai dengan jenjang jenis sekolah atau tingkat kelas Konstruksi Menggunakan kata tanya atau perintah yang menuntutjawaban uraian Ada petunjuk yang jelas tentang cara pengerjaan soal. Ada pedoman penskorannya Tabel, gambar, grafik, peta, atau yang sejenisnya disajikan dengan jelas dan terbaca Bahasa Rumusan kalimat soal komunikatif Butir soal menggunakan bahasa Indonesia yang baku Tidak menggunakan kata/ungkapan yang menimbulkan penafsiran ganda atau salah pengertian Tidak menggunakan bahasa yang berlaku setempat/tabu Rumusan soal tidak mengandung kata/ungkapan yang dapat menyinggung perasaan siswa |
Catatan:
……………………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………………
Contoh Format Penelaahan Butir Soal Bentuk Pilihan Ganda
Mata Pelajaran :……………………………………………………..
Kelas/Semester :……………………………………………………..
Penelaah :……………………………………………………..
Petunjuk pengisian format penelaahan butir soal bentuk pilihan ganda:
Analisislah setiap butir soal berdasarkan semua kriteria yang tertera di dalam format!
Berilah tanda cek ( ) pada kolom “ya” bila soal yang ditelaah sudah sesuai dengan kriteria
Berilah tanda cek ( ) pada kolom “tidak”
bila soal yang ditelaah tidak sesuai dengan kriteria, kemudian tuliskan
alasan pada ruang catatan atau pada teks soal dan perbaikannya.
No.
|
Aspek yang Ditelaah
|
Nomor Soal
|
||||||
1
|
2
|
3
|
…
|
|||||
Ya
|
Tidak
|
Ya
|
Tidak
|
Ya
|
Tidak
|
|
||
A12
3 4 B 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 C 15 16 17 18 |
MateriSoal sesuai
dengan indikator (menuntut tes tertulis untuk bentuk pilihan
ganda)Materi yang ditanyakan sesuai dengan kompetensi (urgensi,
relevasi, kontinyuitas, keterpakaian sehari-hari tinggi)
Pilihan jawaban homogen dan logis Hanya ada satu kunci jawaban Konstruksi Pokok soal dirumuskan dengan singkat, jelas dan tegas Rumusan pokok soal dan pilihan jawaban merupakan pernyataan yang diperlukan saja Pokok soal tidak memberi petunjuk kunci jawaban Pokok soal bebas dari pernyataan yang bersifat negatif ganda Pilihan jawaban homogeny dan logis ditinjau dari segi materi Gambar, grafik, table, diagram, atau sejenisnya jelas dan berfungsi Panjang pilihan jawaban relatif sama Pilihan jawaban tidak menggunakan pernyataan “semua jawaban di atas salah/benar” dan sejenisnya Pilihan jawaban yang berbentuk angka/waktu disusun berdasarkan urutan besar kecilnya angka atau kronologisnya Butir soal tidak bergantung pada jawaban soal sebelumnya Bahasa Menggunakan bahasa yang sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia Menggunakan bahasa yang komunikatif Tidak menggunakan bahasa yang berlaku setempat/tabu Pilihan jawaban tidak mengulang kata/kelompok kata yang sama, kecuali merupakan satu kesatuan pengertian |
Catatan:
……………………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………………
Validitas empiris
Validitas empiris sama dengan validitas
kriteria yang berarti bahwa validitas ditentukan berdasarkan kriteria,
baik kriteria internal maupun kriteria eksternal. Kriteria internal
adalah tes atau instrumen itu sendiri yang menjadi kriteria, sedangkan
kriteria eksternal adalah hasil ukur instrumen atau tes lain di luar
instrumen itu sendiri yang menjadi kriteria. Ukuran lain yang sudah
dianggap baku atau dapat dipercaya dapat pula dijadikan sebagai kriteria
eksternal.
Validitas yang ditentukan berdasarkan
kriteria internal disebut validitas internal, sedangkan validitas yang
ditentukan berdasarkan kriteria eksternal disebut validitas eksternal.
Validitas internal
Validitas internal merupakan validitas
yang diukur dengan besaran yang menggunakan instrumen sebagai suatu
kesatuan (keseluruhan butir) sebagai kriteria untuk menentukan validitas
item atau butir dari instrumen itu. Dengan demikian validitas internal
mempermasalahkan validitas butir atau item suatu instrumen dengan
menggunakan hasil ukur instrumen tersebut sebagai suatu kesatuan dan
sebagai kriteria, sehingga biasa disebut juga validitas butir.
Pengujian validitas butir instrumen atau
soal tes dilakukan dengan menghitung koefesien korelasi antara skor
butir instrumen atau soal tes dengan skor total instrumen atau tes.
Butir atau soal yang dianggap valid adalah butir instrumen atau soal tes
yang skornya mempunyai koefesien korelasi yang signifikan dengan skor
total instrumen atau tes.
Validitas eksternal
Kriteria eksternal dapat berupa hasil
ukur instrumen yang sudah baku atau instrumen yang dianggap baku dapat
pula berupa hasil ukur lain yang sudah tersedia dan dapat dipercaya
sebagai ukuran dari suatu konsep atau varaibel yang hendak diukur.
Validitas eksternal diperlihatkan oleh suatu besaran yang merupakan
hasil perhitungan statistika. Jika kita menggunakan hasil ukur instrumen
yang sudah baku sebagai kriteria eksternal, maka besaran validitas
eksternal dari instrumen yang kita kembangkan didapat dengan jalan
mengkorelasikan skor hasil ukur instrumen yang dikembangkan dengan skor
hasil ukur instrumen baku yang dijadikan kriteria. Makin tinggi
koefesien korelasi yang didapat, maka validitas instrumen yang
dikembangkan juga makin baik. Kriteria yang digunakan untuk menguji
validitas eksternal adalah nilai table r (r-tabel).
Jika koefesien korelasi antara skor hasil
ukur instrumen yang dikembangkan dengan skor hasil ukurinstrumen baku
lebih besar dari pada r-tabel, maka instrumen yang dikembangkan dapat
valid berdasarkan kriteria eksternal yang dipilih (hasil ukur instrumen
baku). Jadi keputusan uji validitas dalam hal ini adalah mengenai valid
atau tidaknya instrumen sebagai suatu kesatuan, bukan valid atau
tidaknya butir instrumen seperti pada validitas internal.
Ditinjau dari kriteria eksternal yang dipilih, validitas eksternal dapat dibedakan atas dua macam yaitu:
- Validitas prediktif apabila kriteria eksternal yang digunakan adalah adalah ukuran atau penampilan masa yang akan datang.
- Validitas kongkuren apabila kriteria eksternal yang digunakan adalah ukuran atau penampilan saat ini atau saat yang bersamaan dengan pelaksanaan pengukuran.
Uji Reliabilitas
Pengertian Reliabilitas:
- 1. Menurut Gronlund dan Linn (1990)
Reliabilitas adalah ketepatan hasil yang diperoleh dari suatu pengukuran.
- 2. Menurut Sukadji (2000)
Reliabilitas suatu tes adalah seberapa
besar derajat tes mengukur secara konsisten sasaran yang diukur.
Reliabilitas dinyatakan dalam bentuk angka, biasanya sebagai koefesien.
Koefesien tinggi berarti reliabilitas tinggi.
- 3. Menurut Anastasia dan Susana (1997)
Reliabilitas adalah sesuatu yang merujuk
pada konsistensi skor yang dicapai oleh orang yang sama ketika mereka
diuji ulang dengan tes yang sama pada kesempatan yang berbeda, atau
dengan seperangkat butir-butir ekuivalen (equivalent items) yang berbeda, atau di bawah kondisi pengujian yang berbeda.
- 4. Menurut Sugiono (2005) dalam Suharto (2009)
Reliabilitas adalah serangkaian
pengukuran atau serangkaian alat ukur yang memiliki konsistensi bila
pengukuran yang dilakukan dengan alat ukur itu dilakukan secara
berulang.
- 5. Menurut Suryabrata (2004)
Reliabilitas adalah sejauh mana hasil pengukuran dengan alat tersebut dapat dipercaya.
Pengertian Uji Reliabilitas:
Menurut Husaini (2003)
Uji reliabilitas adalah proses pengukuran terhadap ketepatan (konsisten) dari suatu instrumen.
Pengujian ini dimaksudkan untuk menjamin
instrumen yang digunakan merupakan sebuah instrumen yang handal,
konsistensi, stabil dan dependibalitas, sehingga bila digunakan
berkali-kali dapat menghasilkan data yang sama.
Tujuan dari uji reliabilitas:
Menunjukkan konsistensi skor-skor yang diberikan skorer satu dengan skorer lainnya.
Tujuan dari uji reliabilitas ini adalah
untuk menunjukkan konsistensi skor-skor yang diberikan skorer satu
dengan skorer lainnya.
Menurut Djaali dan Pudji (2008) reliabilitas dibedakan menjadi dua macam, yaitu
1. Reliabilitas konsistensi tanggapan
Reliabilitas ini mempersoalkan apakah
tanggapan responden atau objek terhadap tes tersebut sudah baik atau
konsisten. Jika hasil pengukuran kedua menunjukkan ketidakkonsistenan
maka hal ini akan menunjukkan bahwa hasil ukur tes atau instrumen
tersebut tidak dapat dipercaya atau tidak reliable serta tidak dapat
digunakan sebagai ukuran untuk mengungkapkan ciri atau keadaan
sesungguhnya dari objek pengukuran.
Ada tiga mekanisme untuk memeriksa reliabilitas tanggapan responden terhadap tes yaitu:
- Teknik test-retest ialah pengetesan dua kali dengan menggunakan suatu tes yang sama pada waktu yang berbeda.
- Teknik belah dua ialah pengetesan (pengukuran) yang dilakukan dengan dua kelompok item yang setara pada saat yang sama.
- Bentuk ekivalen ialah pengetesan (pengukuran) yang dilakukan dengan menggunakan dua tes yang dibuat setara kemudian diberikan kepada responden atau obyek tes dalam waktu yang bersamaan.
- 2. Reliabilitas konsistensi gabungan item
Reliabilitas ini berkaitan dengan
kemantapan atau konsistensi antara item-item suatu tes. Bila terhadap
bagian obyek ukur yang sama, hasil ukur melalui item yang satu
kontradiksi atau tidak konsisten dengan hasil ukur melalui item yang
lain maka pengukuran dengan tes (alat ukur) sebagai suatu kesatuan itu
tidak dapat dipercaya.
Koefesien reliabilitas konsistensi gabungan item dapat dihitung dengan menggunakan:
- Rumus Kuder-Richardson, yang dikenal dengan nama KR-20 dan KR-21.
- Rumus koefisien Alpha atau Alpha Cronbach.
- Rumus reliabilitas Hoyt, yang menggunakan analisis varian.
Contoh Uji Validitas dan Uji Reliabilitas:
Contoh perhitungan korelasi butir untuk soal bentuk uraian dengan skor butir kontinum.
Uji Validitas
Jika skor butir instrumen atau soal tes
kontinum (misalnya skala sikap atau soal bentuk uraian dengan skor butir
1-5 atau skor soal 0-10) dan diberi simbol Xi dan skor total instrumen atau tes diberi simbol Xt,
maka rumus yang digunakan untuk menghitung koefesien korelasi antara
skor butir instrumen atau soal dengan skor total instrumen atau skor
total tes adalah sebagai berikut:
Keterangan:
rit = koefisien korelasi antara skor butir soal dengan skor total.
xi = jumlah kuadrat deviasi skor dari Xi
xt = jumlah kuadrat deviasi skor dari Xt
Data hasil uji coba adalah sebagai berikut:
Nomor Responden
|
Nomor Butir Pertanyaan
|
Jumlah
|
||||||
1 | 2 | 3 | 4 | 5 | 6 | 7 | ||
1
|
5
|
4
|
3
|
5
|
3
|
5
|
3
|
28
|
2
|
5
|
4
|
3
|
4
|
3
|
4
|
3
|
26
|
3
|
4
|
4
|
2
|
4
|
3
|
4
|
3
|
24
|
4
|
4
|
3
|
3
|
3
|
4
|
3
|
4
|
24
|
5
|
5
|
5
|
3
|
4
|
5
|
5
|
4
|
31
|
6
|
3
|
3
|
2
|
3
|
2
|
3
|
1
|
17
|
7
|
3
|
3
|
2
|
3
|
2
|
2
|
2
|
17
|
8
|
3
|
2
|
2
|
3
|
2
|
2
|
2
|
16
|
9
|
2
|
2
|
1
|
2
|
1
|
2
|
1
|
11
|
10
|
2
|
1
|
1
|
1
|
1
|
1
|
1
|
8
|
Jumlah
|
36
|
31
|
22
|
32
|
26
|
31
|
24
|
202
|
Penyelesaian:
Untuk n=10 dengan alpha sebesar 0,05
didapat nilai table r=0,631. Karena nilai koefesien korelasi antara skor
butir dengan skor total untuk semua butir lebih besar dari 0,631, maka
semua butir mempunyai korelasi signifikan dengan skor total tes. Dengan
demikian maka semua butir tes dianggap valid atau dapat digunakan untuk
mengukur hasil belajar.
Uji reliabilitas
Dari soal diatas, selanjutnya akan dihitung koefesien reliabilitas dengan menggunakan rumus koefesien Alpha, yaitu:
Keterangan:
rii = koefisien reliabilitas tes
k = cacah butir
= varian skor butir
= varian skor total
Koefisien reliabilitas dari contoh diatas dapat dihitung dengan cara pertama-tama dihitung varian butir sebagai berikut:
Nomor butir
|
Varian Butir
|
1
2
3
4
5
6
7
|
1,24
1,29
0,56
1,16
1,44
1,69
1,24
|
Jumlah
|
8,62
|
Jadi koefesien reliabilitas tes (dengan 7 butir) pada contoh diatas adalah 0,97
Contoh Perhitungan Korelasi Butir untuk Soal Bentuk Objektif
Uji Validitas
Jika skor butir soal diskontinum
(misalnya soal bentuk objektif dengan skor butir soal 0 atau 1) maka
kita menggunakan koefesien korelasi biserial dan rumus yang digunakan
untuk menghitung koefesien korelasi biserial antara skor butir soal
dengan skor total tes adalah:
Keterangan:
rbis(i) = koefesien korelasi beserial antara skor butir soal nomor i dengan skor total
rbis(i) = koefesien korelasi beserial antara skor butir soal nomor i dengan skor total
X1 = rata-rata skor total responden yang menjawab benar butir soal nomor i
Xt = rata-rata skor total semua responden
st = standar deviasi skor total semua responden
pi = proporsi jawaban yang benar untuk butir soal nomor i
qi = proporsi jawaban yang salah untuk butir soal nomor i
Contoh hasil uji coba adalah sebagai berikut:
Nomor Responden
|
Nomor Butir Pertanyaan
|
Jumlah
|
||||||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
7
|
||
1
|
1
|
1
|
1
|
1
|
0
|
0
|
0
|
4
|
2
|
1
|
1
|
0
|
1
|
1
|
1
|
0
|
5
|
3
|
0
|
1
|
1
|
1
|
0
|
0
|
0
|
3
|
4
|
1
|
1
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
2
|
5
|
0
|
1
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
1
|
6
|
1
|
1
|
1
|
1
|
1
|
1
|
1
|
7
|
7
|
1
|
1
|
1
|
1
|
1
|
1
|
0
|
6
|
8
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
9
|
1
|
1
|
0
|
0
|
1
|
0
|
0
|
3
|
10
|
1
|
1
|
1
|
1
|
1
|
0
|
0
|
5
|
Jumlah
|
7
|
9
|
5
|
6
|
5
|
3
|
1
|
36
|
Xt = 3,60
St = 2,107
Nomor Butir
|
r-butir
|
r-tabel
|
Status
|
1
2
3
4
5
6
7
|
0,70
0,57
0,66
0,81
0,76
0,75
0,54
|
0,63
0,63
0,63
0,63
0,63
0,63
0,63
|
Valid
Tidak valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Tidak valid
|
Ternyata dari tujuh butir soal tes ada 5
butir yang valid dan dua butir tidak valid. Oleh karena itu perlu
dilakukan perhitungan untuk menghitung koefesien antara skor butir
dengan skor total baru (5 butir), sebagai berikut:
Data hasil uji coba adalah sebagai berikut:
Nomor Responden
|
Nomor Butir Pertanyaan
|
Jumlah
|
||||
1
|
3
|
4
|
5
|
6
|
||
1
|
1
|
1
|
1
|
0
|
0
|
3
|
2
|
1
|
0
|
1
|
1
|
1
|
4
|
3
|
0
|
1
|
1
|
0
|
0
|
2
|
4
|
1
|
0
|
0
|
0
|
0
|
1
|
5
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
6
|
1
|
1
|
1
|
1
|
1
|
5
|
7
|
1
|
1
|
1
|
1
|
1
|
5
|
8
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
9
|
1
|
0
|
0
|
1
|
0
|
2
|
10
|
1
|
1
|
1
|
1
|
0
|
4
|
Jumlah
|
7
|
5
|
6
|
5
|
3
|
26
|
Xt = 2,6
St = 1,8
Untuk n = 10 dengan alpha sebesar 0,05
didapat nilai table r = 0,631. Karena niai koefesien korelasi biserial
antara skor butir dengan skor total untuk semua butir lebih besar dari
0,631, maka semua butir mempunyai korelasi biserial yang signifikan
dengan skor total tes. Dengan demikian maka semua butir tes (5 butir)
dianggap valid atau dapat digunakan untuk mengukur hasil belajar.
Uji Reliabilitas
Selanjutnya akan dihitung koefesien reliabilitas dengan menggunakan rumus KR-20, sebagai berikut:
Keterangan:
rii = koefesien reliabilitas tes
k = cacah butir
piqi = varian skor butir
pi = proporsi jawaban yang benar untuk butir nomor i
qi = proporsi jawaban yang salah untuk butir nomor i
= varian skor total
Koefesien reliabitas dari contoh diatas adalah:
Pertama-tama dihitung varian butir (piqi) sebagai berikut:
Nomor butir
|
pi
|
qi
|
piqi
|
1
3
4
5
6
|
0,7
0,5
0,6
0,5
0,3
|
0,3
0,5
0,4
0,5
0,7
|
0,21
0,25
0,24
0,25
0,21
|
Jumlah
|
1,16
|
= 1,16
St = 3,24
Jadi koefesien reliabilitas tes (dengan 5 butir) pada contoh diatas adalah 0,80
Video Tutorial Uji Validitas dan Reliabilitas STATA 16 Lengkap
BalasHapus(Dilengkapi File Materi Dan Software STATA 16)
Merupakan Panduan Yang Lengkap Dan Detail
Klik Link Dibawah Untuk Mendapatkannya
https://bit.ly/UjiSTATA